WELCOME

IF YOU FAIL TO PREPARE, YOU PREPARE TO FAIL

Saturday, April 25, 2009

PENGETAHUAN TENTANG BEARING

1. Bagaimanakah memilih bearing?
2. Bagaimanakah memperkirakan lifetime bearing?
2. Bagaimanakah menentukan diameter shaft dan housing hanya dengan melihat tipe bearing?
3. Bagaimanakah menentukan clearance bearing?

Mau tahu? yuk belajar bareng, mpe ketemu di sesion berikutnya....
SKEMA PROSES PADA UNIT KILANG


Uraian Proses Pengolahan Minyak
Dalam melakukan pengolahan minyak, unit kilang juga dilengkapi dengan unit-unit penunjang (utilities), yaitu : unit pengolahan air (Water Treatment), unit biler(Boiler Plant), unit penyediaan tenaga (Power Plant), unit pemadam kebakaran (Fire and Safety Unit) dan juga Wax Plant yang merupakan unit pengolahan wax batik sebagai hasil samping pengolahan minyak.
Proses pengolahan minyak mentah yang terdapat di PUSDIKLAT MIGAS Cepu meliputi 3 proses, yaitu :

a. Proses Destilasi Atmosferik.
Proses destilasi atmosferik merupakan proses pemisahan minyak mentah menjadi fraksi-fraksinya berdasarkan perbedaan titik didihnya pada tekanan 1 atmosfer.
Proses pengolahan dimulai dengan melewatkan minyak dari tangki penampung ke HE-1 (Heat Exchanger) dengan menggunakan pompa sentrifugal P-100/3/4 pada suhu memasuki HE-1 32 oC, dengan fluida yang panas digunakan pada HE-1 adalah solar yang merupakan bottom produk dari solar stripper C-4 yang beroperasi pada suhu 265 oC, sehingga suhu keluar sebesar 115 oC dan dilanjutkan menuju HE-2/HE-3 dengan fluida panas adalah residu yang merupakan bottom produk dari stripper C-5 dengan suhu operasi 285 oC. Solar yang keluar dari HE-1 didinginkan dalam cooler CL-1/10/11, dan dipisahkan dari air yang masih dikandung dalam separator S-6, separator tersebut bekerja berdasarkan perbedaan berat jenis. Dan residu yang keluar dari HE-2/3 didinginkan dalam box cooler BC-1, dan ditampung dalam tangki T-104/122/123, sedangkan untuk solar ditampung dalam tangki T-120/127/111. Solar dan residu yang dihasilkan dapat langsung digunakan sebagai bahan bakar.
Feed yang keluar dari HE-2/3 dialirkan kedalam furnace yang berjumlah 4 buah yaitu F-1/2/3/4, dimana 3 aktif dan 1 buah sebagai cadangan yang semuanya disusun secara paralel. Bahan bakar yang dipakai dalam furnace tersebut adalah campuran udara, fuel gas, fuel oil dan steam untuk proses atomizing (pengkabutan) fuel oil, dan gas hasil pembakaran yang berupa O2, CO, dan CO2 dialirkan melewati cerobong (stack). Feed yang keluar dari F-1/2/3 pada suhu 340 oC dimasukkan kedalam evaporator agar dapat dipisahkan antara fraksi berat dan fraksi ringannya, evaporator V-1 yang digunakan adalah flash evaporator (flash tank). Uap yang keluar dari puncak V-1 dengan suhu 320 oC dialirkan menuju menara fraksinasi C-1 A, sedangkan yang keluar dari dasar V-1 berupa liquid dengan suhu 305 oC dialirkan menuju residu stripper C-5 untuk memisahkan fraksi ringan yang masih terkandung didalamnya dengan bantuan injeksi steam dari dasar kolom. Uap dari puncak C-5 digunakan sebagai umpan menara C-1 A dan cairannya yang berupa residu dengan suhu yang relatif tinggi digunakan sebagai fluida panas pada HE-2/3. Uap yang keluar dari puncak menara C-1 A adalah pertasol dengan suhu 125 oC dan hasil dasar yang berupa PH solar yang keluar dari dasar menara C-1 A pada suhu 260 oC. Sebelum ditampung pada tangki T-108/118/119 terlebih dahulu didinginkan dalam box cooler BC-2 sampai suhunya mencapai 80 oC, serta dipisahkan dari air yang masih terkandung didalamnya dalam separator S-7.
Sedangkan umpan untuk kolom kerosin stripper C-3 diambil dari side stream 6 dan 7 kolom fraksinasi C-1 A. Dan dengan menginjeksikan steam diperoleh hasil puncak yang diumpannya lagi ke kolom fraksinasi C-1 A bagian atas dengan suhu 170 oC, sedangkan hasil dasar yang berupa kerosin dengan suhu 165 oC dan didinginkan dalam cooler C-1-7/8/12, yang selanjutnya dipisahkan dari air dalam separator S-5 pada suhu 44 oC. Hasil kerosin kemudian ditampung dalam tangki T-106/124/125/126. Sedangkan umpan untuk kolom stripper C-4 diambil dari side stream 1, 2, 3, 4,dan 5 kolom fraksinasi C-1 A dengan suhu 130 oC . Hasil dasar berupa solar dimanfaatkan panasnya, dengan digunakan sebagai fluida panas pada HE-1 dan didinginkan lebih lanjut dalam cooler C1-6/10/11. Solar dipisahkan dari air yang masih terkandung didalamnya pada separator S-6 pada suhu 40 oC dan kemudian ditampung dalam tangki T-111/120/127.
Hasil sampingan dari kolom fraksinasi C-1 A berupa LAWS 4 diambil dari plate 18, dan didinginkan lebih lanjut dalam cooler C1-1/2 dan dipisahkan dari air dalam separator S-8 pada suhu 40 oC, dan ditampung dalam tangki T-112/113. Hasil dari puncak menara fraksinasi adalah pertasol yang dialirkan menuju menara fraksinasi C-2, dan dengan menggunakan steam yang diinjeksikan akan diperoleh hasil berupa Pertasol 2 pada puncak menara. Pertasol 2 yang berupa uap tersebut diembunkan dalam kondensor parsial CN-1/2/3/4 dan embunan yang terbentuk didinginkan dalam box cooler BC-3/6, dan kemudian ditampung dalam tangki T-114/115/116/227 dari tangki penyimpanan sebagian Pertasol 2 digunakan sebagai reflux pada menara fraksinasi C-2 dengan bantuan pompa reflux P-100-7/8. Sedangkan sisa uap yang tidak terembunkan di kodensor CN-1/2/3/4 diembunkan lagi dikondensor CN-5-12 lalu didinginkan dalam cooler CL-3/4 dan selanjutnya dipisahkan dengan air yang masih terkandung didalamnya dalam separator S-3 dan hasilnya ditampung dalam tangki T-114/115/116/117.
Hasil dari dasar menara fraksinasi C-2 yang berupa uap LAWS 3 didinginkan dalam cooler CL-13/14 dan dipisahkan dari air yang masih terkandung dalam separator S-2 pada suhu 43 oC, dan ditampung dalam tangki T-110. Sebagian LAWS 4 digunakan sebagai reflux pada menara fraksinasi C-1 A dengan bantuan pompa P-100-1/2/5. Hasil samping dari menara C-2 didinginkan dalam cooler CL-5/9 dan dilewatkan separator S-4 pada suhu 39 oC . Produk ditampung dalam tangki T-108 sebagai reflux gas-gas ringan yang dipisahkan dalam separator S-1/2/3/4 dan dari kondensor CN-5-12 selanjutnya digabung untuk dibuang ke udara bebas melalui flare.
b. Proses Treating
Proses ini merupakan proses pengurangan atau proses penghilangan impurities yang terdapat dalam minyak bumi di unit pengolahan PUSDIKLAT MIGAS Cepu, proses ini dilakukan dengan NaOH terhadap pertasol Untuk mengurangi kadar H2S dan RSH.
Impurities dalam produk perlu dihilangkan karena dapat mengakibatkan :
a. Menurunkan stabilitas
b. Timbulnya bau yang tidak enak dari pembakaran
c. Korosif terhadap peralatan

Pada unit pengolahan PUSDIKLAT MIGAS Cepu proses treating dilakukan hanya pada produk Pertasol 2, LAWS 3 dan LAWS 4 yaitu dengan cara injeksi ammonia (NH3) pada puncak kolom dan dengan proses pencucian menggunakan soda (NaOH).
a. Injeksi Amonia
Injeksi amonia bertujuan untuk mencegah dan mengurangi korosi karena adanya kotoran-kotoran dalam minyak bumi. Reaksinya adalah:
NH3 + H2O ==> NH4OH
MgCl2 + 2H2O ==> Mg(OH)2 + HCl
NH4OH + HCl ==> NH4Cl + H2O
2 NH4OH + H2S ==> (NH4)2S + H2O
Garam-garam yang terbentu mengendap dalam air dan dapat dipisahkan dalam separator.
b. Soda Treating
Produk pertasol yang keluar dari separator dan ditampung dalam tangki produk masih mengandung kotoran-kotoran komponen belerang antara lain H2S dan RSH. Dari senyawa ini meskipun sudah diinjeksikan amonia pada saat keluar kolom fraksinasi tetapi kandungan sulfur masih ada karena tidak semua amonia bereaksi. Untuk memperoleh produk dengan kandungan sulfur sekecil mungkin, dilakukan pencucian dengan larutan NaOH dengan kadar 15 – 25 % berat.
Reaksi yang terjadi :
RSH + NaOH ==> RSNa + H2O
H2S + 2 NaOH ==> Na2S + 2 H2O

Variabel yang mempengaruhi proses ini yaitu :
1) Konsentrasi soda
2) Kualitas feed
3) Temperatur
4) Perbandingan Pertasol dan soda
5) Mixing
6) Settling time
Proses treating adalah sebagai berikut :
Larutan NaOH dipompa menuju piapa pencampur melalui areameter, demikian juga pertasol dari kilang. Areameter berfungsi untuk mengatur perbandingan flow rate antara pertasol dan larutan NaOH. Di dalam pipa pencampur diatur turbulensinya dengan static mixer sehingga di dapatkan pencampuran yang baik. Setelah itu masuk ke tangki pemisah yang akan memisahkan larutan NaOH yang telah mengikat sulfur. Pemisahan dilakukan berdasarkan perbedaan berat jenis, dimana fraksi berat yaitu larutan NaOH akan turun sedangkan fraksi ringan yaitu pertasol berada diatasnya. Pertasol bebas sulfur dipompa masuk ke dalam tangki penampung pertasol sedangkan larutan NaOH yang telah mengikat sulfur apabila konsentrasinya masih memenuhi syarat dimasukkan ke tangki penampung soda untuk digunakan kembali.
c. Proses Blending
Proses ini merupakan pencampuran antara dua zat atau lebih yang mempunyai komposisi yang berbeda untuk memperoleh hasil yang telah ditentukan :
a) Meningkatkan mutu/kualitas produk
b) Membuat produk baru
c) Menekan biaya

Pada unit pengolahan PUSDIKLAT MIGAS Cepu, proses blending dilakukan untuk menghasilkan minyak BOD yang merupakan campuran AFO dengan solar. Kegunaannya adalah untuk merendam goni supaya tahan lama dan R 30 yang merupakan campuran antara solar dengan residu sebagai bahan bakar industri.
SKRIPSIKU











SEMOGA BERMANFAAT...






Tuesday, April 21, 2009

















PRESSURE VESSEL DESIGN
Mendesain kekuatan berdasarkan tekanan yang bekerja di dalam bejana. Tegangan tarik timbul secara merata bekerja pada dinding tabung tipis akibat tekanan dalam tanki.

Question:
DIKETAHUI :
1. Isi udara bertekanan ( Compressed Air )
2. Tekanan 7 kgf/cm2G
3. Temperatur = 40 0C
4. Volume = 20 m3

Answer:
DESAIN TANKI :
1. Material SS 400
2. Dimensi sesuai gambar di samping ( L = 4 m ; d = 2,5 m ; r2 = 0.25 m )
3. Tebal bejana = 10,92 mm
4. Tebal head = 13.4 mm






Berikut adalah step di dalam perhitungan:
1. Perhitungan volume
Perhitungan volume dilakukan dengan cara menghitung volume dari tabung di tambah dengan volume 2 x segment of sphere. Dengan menggunakan metode optimasi maupun dengan asumsi perbandingan dari tinggi sphare/head, tinggi tabung, dan diameter bejana dengan tetap mempertimbangkan proporsianalitas dari bejana maka dimensi untuk kapasitas 20 m3 dapat ditentukan. Misal kan dari perhitungan diperoleh:
- Diameter bejana (d) = 2 m
- Tinggi sphare (a/2) = 0.5 m
- Tinggi tabung = 6 m
Maka kapasitas tanki = 20.9 m3


2. Pemilihan Material
Untuk aplikasi udara bertekanan maka digunakan material SS 400.
Strength of material (S)= 40 kgf/mm2.
Safety factor = 4
Allowable Stress = 40/4 =10 kgf/mm2

3. Perhitungan tebal plate
Tekanan design tanki :
- p = 10 kgf/cm2G = 0.1 kgf/mm2G
- d = 1000 mm
- S = 10 kgf/mm2
- E (Efisiensi Pengelasan) = 0.9 (dilakukan test radiografi dari bagian lasan)
- c (Corrosion allowance) = 1 mm

dari data di atas maka tebal bejana dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:
- Tebal body (t1) = (pdE/2S)+c = 11 mm
- Tebal head (t2) = (rkpE/2S)+c = 11 mm
dimana r=r1=1000 mm
r2 = 500 mm
k = r1/r2 = 2

4. Inspeksi
Setelah tanki dibuat maka harus dilakukan inspeksi sebagai berikut:
1) Pressure test
dilakukan dengan hydro test, dengan pressure 1.5 kali pressure design = 1.5 x 10 = 15 kgf/cm2G.
2) Airtight (Vakum) dengan pressure =12.5 kgf/cm2G
3) Test ketebalan, dilakukan dengan UT
4) Ukuran diameter luar dan ketinggian
5) Kondisi permukaan (Visual Test)
6) Inspeksi las, dengan radiografi (RT)
7) Inspeksi body (Visual Test)


Monday, April 20, 2009

Thermostatic Steam Trap L21S (Animation)


L-Series Thermostatic Steam Traps
The X-element is open at start-up because the system is cold. Large amounts of air and low temperature condensate are rapidly discharged through the open valve, thereby reducing the start-up time.
When the temperature inside the trap rises, it causes the thermoliquid inside the X-element to expand. The valve remains open until the temperature approaches the saturation temperature of the inlet steam pressure. Once the temperature inside the trap rises close to the saturation temperature of the inlet steam pressure, the valve closes.
When the inflow of condensate begins, the X-element is cooled causing the valve to open immediately, and condensate is discharged in the intermittent operation representative of disc type traps. If the amount of condensate is extremely small, however, the valve opens only slightly and a dribble-discharge type of operation takes place. In addition, the trap reacts with great sensitivity to temperature differences to rapidly discharge air that is close to the saturation temperature.
IC ROTARY JOINT